Jika mengalami keputihan, Anda tidak perlu khawatir. Pasalnya, kondisi ini sangat umum dialami oleh wanita. Cairan ini justru membantu membasuh kotoran, menjaga vagina tetap bersih dan lembab, serta melindungi vagina dari infeksi. Namun, banyak orang mengalami keputihan setelah berhubungan intim. Apakah kondisi ini normal? Yuk simak informasi berikut!
Apa Itu Keputihan?
Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina, terdiri dari sel-sel mati, bakteri baik, dan lendir yang diproduksi oleh kelenjar dalam leher rahim serta dinding vagina. Fungsi utama keputihan adalah membersihkan, melembabkan, serta melindungi vagina dari infeksi.
Keputihan normal umumnya berwarna bening atau putih, tidak berbau menyengat, serta memiliki tekstur yang dapat bervariasi tergantung pada siklus menstruasi. Namun, jika keputihan mengalami perubahan drastis dalam warna, tekstur, bau, atau jumlah, kondisi ini bisa menandakan adanya gangguan kesehatan yang perlu diperhatikan.
Apakah Muncul Keputihan Saat Berhubungan Itu Normal?
Pada dasarnya, keputihan saat berhubungan adalah hal yang normal dan merupakan bagian dari respons alami tubuh. Berikut beberapa penyebab yang umum terjadi:
1. Gairah Seksual
Saat terangsang, tubuh akan meningkatkan aliran darah ke organ intim, menyebabkan kelenjar di vagina menghasilkan cairan pelumas alami. Cairan ini bisa bercampur dengan keputihan sehingga tampak lebih banyak dan lebih kental.
2. Ejakulasi Wanita
Beberapa wanita mengalami ejakulasi saat berhubungan, di mana cairan dikeluarkan melalui uretra. Ini merupakan respons alami tubuh dan dapat menyebabkan keputihan tampak lebih banyak setelah hubungan intim.
3. Perubahan Siklus Menstruasi
Siklus hormonal berpengaruh pada tekstur dan jumlah keputihan. Misalnya, selama ovulasi, keputihan menjadi lebih licin dan elastis, sementara setelah ovulasi, keputihan cenderung lebih kental dan berwarna keruh.
4. Reaksi Alergi atau Iritasi
Penggunaan pelumas, kondom berbahan lateks, atau spermisida bisa menyebabkan reaksi alergi atau iritasi, yang memicu peningkatan produksi keputihan sebagai respons tubuh.
5. Perubahan Flora Vagina
Aktivitas seksual dapat mengganggu keseimbangan flora vagina, terutama dengan masuknya bakteri dari pasangan. Ini bisa menyebabkan peningkatan produksi keputihan sementara setelah berhubungan.
Jika keputihan yang muncul setelah berhubungan masih dalam batas normal, tanpa bau menyengat, tidak berwarna hijau, dan tidak menyebabkan iritasi, maka kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan.
Kapan Keputihan Setelah Berhubungan Menjadi Tidak Normal?
Meskipun keputihan bisa menjadi bagian dari reaksi alami tubuh, ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa keputihan tersebut tidak normal dan mungkin menandakan masalah kesehatan. Beberapa ciri keputihan yang tidak normal meliputi:
- Bau menyengat atau amis
- Warna tidak biasa (kuning, hijau, abu-abu, atau bercampur darah)
- Tekstur menggumpal seperti keju atau berbuih
- Disertai gatal, iritasi, atau nyeri saat buang air kecil
- Muncul dalam jumlah yang sangat banyak dan terus-menerus
Jika mengalami keputihan dengan ciri-ciri tersebut, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Untuk lebih memahami perbedaannya, Kenali Perbedaan Keputihan Normal dan Tidak Normal agar Anda bisa lebih waspada terhadap tanda-tanda keputihan yang mengindikasikan masalah kesehatan.
Penyebab Keputihan Tidak Normal Setelah Berhubungan
Keputihan setelah berhubungan umumnya normal, tetapi jika disertai oleh ciri-ciri yang telah dijelaskan sebelumnya, bisa jadi ada masalah kesehatan yang perlu diwaspadai. Berikut beberapa masalah kesehatan yang bisa muncul akibat kondisi keputihan yang tidak normal:
1. Infeksi Jamur (Kandidiasis Vaginalis)
Infeksi jamur Candida albicans terjadi saat keseimbangan flora vagina terganggu, misalnya akibat antibiotik, kadar gula darah tinggi, atau perubahan hormon. Gejalanya berupa keputihan putih pekat, menggumpal seperti keju, serta gatal dan sensasi terbakar.
Meski tidak menular melalui hubungan intim, gesekan saat berhubungan dapat memperburuk iritasi dan mempercepat pertumbuhan jamur. Jika sering mengalami kondisi ini, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan antijamur topikal atau oral.
2. Vaginosis Bakterialis (VB)
Vaginosis bakterialis terjadi ketika bakteri baik di vagina terganggu, memungkinkan pertumbuhan bakteri seperti Gardnerella vaginalis. Ditandai dengan keputihan putih keruh atau abu-abu, bau amis menyengat, dan sering memburuk setelah berhubungan intim.
Selain mengganggu kenyamanan, VB bisa meningkatkan risiko infeksi menular seksual. Pengobatannya biasanya menggunakan antibiotik oral atau gel vagina untuk mengembalikan keseimbangan flora vagina.
3. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Infeksi seperti klamidia, gonore, atau trikomoniasis dapat menyebabkan keputihan kuning, hijau, atau berbuih dengan bau menyengat, serta nyeri saat buang air kecil atau berhubungan.
Jika tidak ditangani, PMS bisa memicu radang panggul hingga gangguan kesuburan. Segera lakukan pemeriksaan jika mengalami gejala ini, karena pengobatannya memerlukan antibiotik atau antiprotozoa sesuai jenis infeksi.
4. Alergi atau Iritasi dari Produk Tertentu
Keputihan abnormal juga bisa dipicu oleh reaksi alergi atau iritasi dari pelumas, kondom lateks, spermisida, atau sabun kewanitaan. Gejalanya meliputi gatal, kemerahan, dan sensasi terbakar di area vagina.
Jika mengalami iritasi, segera hentikan penggunaan produk tersebut dan pilih alternatif bebas pewangi atau hypoallergenic. Menggunakan kondom non-lateks atau pelumas berbahan alami juga bisa membantu mengurangi risiko iritasi.
5. Perubahan pH Vagina Akibat Sperma atau Hubungan Seksual
Vagina memiliki pH asam (3,8 – 4,5) untuk menjaga keseimbangan mikroorganisme. Namun, sperma yang lebih basa dapat mengganggu keseimbangan ini, memicu keputihan berlebih atau meningkatkan risiko infeksi jamur dan bakteri.
Untuk menjaga keseimbangan pH, hindari sabun kewanitaan berbasis alkali, gunakan pakaian dalam berbahan katun, dan biasakan buang air kecil setelah berhubungan guna mencegah infeksi.
Kesimpulan
Keputihan setelah berhubungan bisa normal maupun tidak normal, tergantung pada penyebabnya. Keputihan yang bening, tidak berbau, dan tidak disertai rasa gatal atau nyeri merupakan bagian dari respons alami tubuh.
Namun, jika keputihan berubah warna, berbau menyengat, atau disertai gejala lain seperti nyeri dan gatal, kondisi ini bisa menjadi tanda infeksi atau gangguan kesehatan lainnya.
Jika Anda mengalami keputihan tidak normal dan ingin mengetahui penyebab serta solusinya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tim medis kami.
Dengan pemeriksaan yang tepat, Anda bisa mendapatkan penanganan yang sesuai untuk menjaga kesehatan organ intim dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Tertarik mengetahui lebih dalam seputar keputihan? Jelajahi informasi penting lainnya pada kumpulan artikel berikut:
- Keputihan Seperti Putih Telur, Apakah Ini Normal?
- Keputihan Berlendir Seperti Ingus, Apakah Normal?
- Stop Keputihan! Hindari 10 Jenis Makanan Pemicu Ini
- Keputihan Berlendir Seperti Ingus, Apakah Normal?
- Keputihan Menggumpal Seperti Jelly, Apakah Normal?
- 8 Kebiasaan Penyebab Keputihan yang Perlu Anda Hindari
- Keputihan seperti Air Mani? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!