Berhubungan dengan penderita HIV tanpa perlindungan tentu bisa menimbulkan kecemasan. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat menular melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina, serta ASI.
Jika Anda terlanjur berhubungan dengan penderita HIV, risiko penularan akan meningkat, terutama jika terjadi kontak langsung tanpa pengaman atau ada luka terbuka di area genital. Namun, jangan panik! Ada langkah-langkah darurat yang bisa segera dilakukan untuk meminimalkan risiko infeksi dan melindungi kesehatan Anda.
Lalu, apa saja tindakan yang harus dilakukan setelah paparan HIV? Dan bagaimana cara mencegah penularan di masa depan? Yuk, simak informasi lengkapnya di artikel ini agar Anda bisa bertindak cepat dan tepat!
Seberapa Besar Risiko Tertular HIV Setelah Berhubungan?
Risiko tertular HIV setelah berhubungan tidak selalu sama untuk setiap orang. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemungkinan penularan, di antaranya:
1. Jenis Hubungan Seksual yang Dilakukan
- Hubungan seks vaginal tanpa kondom memiliki risiko penularan sekitar 0,08% – 0,1% per kontak seksual.
- Hubungan seks anal tanpa kondom lebih berisiko, dengan kemungkinan penularan mencapai 1,38% per kontak.
- Hubungan seks oral memiliki risiko lebih rendah, tetapi tetap dapat menularkan HIV jika terdapat luka terbuka di mulut.
2. Status Viral Load Pasangan dengan HIV
Jika pasangan penderita HIV menjalani terapi ART (Antiretroviral Therapy) secara teratur hingga viral load-nya tidak terdeteksi, maka risiko penularan menjadi sangat rendah atau bahkan tidak ada. Sebaliknya, jika penderita tidak menjalani pengobatan, risiko penularan menjadi lebih tinggi.
3. Ada atau Tidaknya Luka Terbuka
Risiko meningkat jika ada luka terbuka, peradangan, atau penyakit menular seksual lainnya, baik pada Anda maupun pasangan. Luka dapat menjadi jalur masuk virus ke dalam tubuh.
4. Penggunaan Pengaman (Kondom atau PrEP)
Menggunakan kondom dengan benar saat berhubungan dapat mengurangi risiko penularan hingga 98%. Sementara itu, bagi orang yang aktif secara seksual dengan pasangan HIV-positif, PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) bisa menurunkan risiko hingga 99% jika diminum secara rutin.
Jika Anda sudah terlanjur melakukan hubungan seksual berisiko, jangan panik. Ada langkah-langkah darurat yang bisa segera dilakukan untuk mengurangi kemungkinan infeksi HIV.
Selain itu, penting juga untuk memahami kapan HIV bisa terdeteksi dalam tubuh agar pemeriksaan memberikan hasil yang akurat. Pelajari lebih lanjut dalam artikel berikut -> Berapa Lama HIV Bisa Terdeteksi Setelah Berhubungan?
Langkah-Langkah yang Harus Segera Dilakukan Setelah Berhubungan dengan Penderita HIV
Berhubungan dengan penderita HIV tentu mempunyai resiko lebih tinggi untuk tertular HIV. Bagaimana jika sudah terjadi? Jika Anda sudah terlanjur berhubungan dengan penderita HIV, lakukan langkah-langkah berikut untuk mencegah penularannya:
1. Bersihkan Area yang Terpapar
Jika terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh penderita HIV, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan area yang terpapar sesegera mungkin. Jika cairan mengenai area genital atau kulit yang terluka, bilas dengan air bersih dan sabun lembut.
Jangan menggunakan cairan berbasis alkohol atau antiseptik keras karena dapat menyebabkan iritasi yang justru membuka jalur masuk virus.
Jika ada paparan ke mulut atau mata, berkumurlah dengan air bersih tanpa menyikat gigi dalam waktu 30 menit setelah paparan, karena menyikat gigi dapat menyebabkan luka mikro pada gusi yang meningkatkan risiko infeksi.
Untuk mata, segera bilas dengan air mengalir atau larutan saline selama beberapa menit untuk mengurangi risiko paparan lebih lanjut. Langkah ini tidak sepenuhnya mencegah infeksi, tetapi dapat meminimalkan jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh.
2. Segera Minum Obat PEP (Post-Exposure Prophylaxis)
PEP adalah obat antiretroviral (ARV) yang dirancang untuk mencegah virus HIV berkembang di dalam tubuh setelah paparan. Efektivitas PEP sangat bergantung pada kecepatan konsumsi setelah paparan.
Idealnya, obat ini harus diminum dalam 2 jam pertama, dan paling lambat dalam 72 jam (3 hari) setelah paparan. Semakin cepat diminum, semakin tinggi peluangnya untuk mencegah infeksi.
Pengobatan PEP harus dilakukan secara konsisten selama 28 hari penuh tanpa terputus. Penghentian sebelum waktu yang dianjurkan dapat mengurangi efektivitas obat dan meningkatkan risiko infeksi.
PEP bisa didapatkan di klinik atau rumah sakit yang memiliki layanan HIV/AIDS, sehingga setelah terpapar, segera cari fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan resep dan memulai pengobatan sesegera mungkin.
3. Lakukan Tes HIV Secara Bertahap
- Tes HIV pertama -> Dilakukan sebelum memulai PEP untuk memastikan status awal.
- Tes lanjutan ->Setelah 4-6 minggu pasca-paparan.
- Tes terakhir -> Setelah 3 bulan, untuk memastikan hasil negatif secara akurat.
Jika Anda positif HIV, dokter akan menyarankan langkah pengobatan dengan ART (Antiretroviral Therapy) guna mencegah perkembangan virus lebih lanjut.
4. Konsultasi dengan Tenaga Medis
Jika Anda mengalami paparan HIV, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis HIV/AIDS. Konsultasi medis sangat penting untuk menilai tingkat risiko, menentukan apakah Anda perlu mengonsumsi PEP (Post-Exposure Prophylaxis), serta melakukan tes HIV secara bertahap. Dokter juga akan memberikan rekomendasi pengobatan dan tindakan pencegahan lebih lanjut untuk memastikan kesehatan Anda tetap terjaga.
Selain itu, dokter dapat membantu memantau efek samping PEP, menjadwalkan tes lanjutan setelah periode jendela HIV, serta memberikan edukasi mengenai langkah-langkah pencegahan di masa depan. Jika Anda membutuhkan panduan lebih lanjut atau ingin mendapatkan arahan yang tepat, konsultasi dengan tenaga medis profesional dapat menjadi langkah terbaik untuk memastikan keselamatan Anda.
Upaya Pencegahan Penularan HIV di Masa Depan
Untuk menghindari risiko terulangnya kejadian serupa, berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
- Gunakan Kondom Saat Berhubungan -> Kondom lateks atau poliuretan terbukti mengurangi risiko penularan HIV hingga 98%.
- Konsumsi PrEP bagi Pasangan Berisiko -> Jika pasangan Anda positif HIV, PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis)
- Hindari Penggunaan Jarum Suntik Bersama -> HIV dapat menyebar melalui darah yang terkontaminasi di jarum suntik. Gunakan jarum steril dan pribadi.
- Rutin Melakukan Tes HIV -> Jika aktif secara seksual, lakukan skrining HIV setidaknya setiap 6 bulan sekali untuk deteksi dini dan pencegahan lebih lanjut.
- Lakukan Sunat pada Pria -> Penelitian menunjukkan bahwa sunat dapat mengurangi risiko tertular HIV hingga 60% dengan mengurangi area rentan infeksi pada penis.
Kesimpulan
Berhubungan dengan penderita HIV tanpa perlindungan memang berisiko, tetapi jika sudah terjadi, jangan panik. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan area yang terpapar, segera minum PEP dalam waktu 72 jam, serta melakukan tes HIV secara berkala.
Selain itu, pencegahan tetap menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko di masa depan. Menggunakan kondom, mengonsumsi PrEP bagi yang berisiko tinggi, serta menjalani skrining HIV secara rutin adalah langkah penting untuk menjaga diri tetap aman.
Sebagai dukungan tambahan, Anda juga bisa mempertimbangkan HV-CARE, obat herbal yang dirancang untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan mendukung kesehatan bagi individu dengan risiko HIV.
Ingin tahu lebih lanjut tentang HIV & AIDS? Temukan informasi penting lainnya pada artikel-artikel berikut!
- Apakah HIV Sudah Ada Obatnya? Ini Faktanya!
- Apakah HIV Menular Lewat Payudara? Ini Faktanya!
- Apakah Menjilat Kemaluan dapat Menularkan HIV? Ini Faktanya!
- Benarkah HIV Bisa Menular dengan Berbagi Alat Makan
- Menelan Sperma Bisa Menularkan HIV? Ini Penjelasannya!
- Apakah Ciuman Bisa Menularkan HIV? Ini Faktanya
- Warna Urine Penderita HIV: Waspadai Perubahannya!