Perbedaan Ruam HIV dan Ruam Biasa

perbedaan ruam hiv dan ruam biasa
gambar perbedaan ruam hiv dan ruam biasa

Ruam pada kulit menjadi salah satu gejala infeksi virus HIV, akan tetapi adakah perbedaan ruam HIV dan ruam biasa? Pertanyaan ini tentu lumrah diajukan oleh siapa saja yang kebetulan mengalami ruam di kulit, apalagi telah melakukan hubungan seks beresiko sebelumnya.

Pasalnya, kondisi ruam memang tidak selalu disebabkan oleh infeksi virus HIV melainkan oleh penyebab lain. Misalnya terjadi kontak dengan alergen atau karena hal lainnya. Supaya tidak keliru dalam memberi penanganan, simak detail perbedaannya disini. 

Sekilas Tentang Ruam 

Sebelum membahas mengenai daftar perbedaan ruam HIV dan ruam biasa, maka dibahas dulu mengenai apa itu ruam. Secara umum, ruam adalah kondisi dimana terjadi perubahan tekstur sampai warna di permukaan kulit karena mengalami peradangan. 

Ketika ruam dialami maka akan memunculkan beberapa keluhan seperti sensasi panas diikuti rasa gatal-gatal, permukaan kulit menebal, muncul benjolan di kulit, bersisik dan kasar, dan bahkan kulit bisa kering sampai mengelupas. 

Adapun penyebab ruam pada kulit sendiri sangat beragam. Dimulai dari kondisi lupus pada pasien autoimun, terkena gigitan serangga, kontak dengan alergen, sampai mengalami infeksi. Baik infeksi jamur maupun virus yang menyebabkan peradangan di kulit. 

Dalam beberapa kondisi ruam pada kulit juga bisa dipicu oleh kondisi medis atau penyakit yang diderita. Misalnya menderita HIV, dimana ruam mulai bermunculan setidaknya 2 bulan pas infeksi virus HIV terjadi. Maka penting untuk mengetahui perbedaan ruam HIV dan ruam biasa. 

Perbedaan Ruam HIV dan Ruam Biasa 

Ruam pada permukaan kulit diketahui menjadi salah satu dari sekian gejala infeksi virus HIV. Memahami betul memang positif HIV sejak dini sangat penting untuk mengantisipasi resiko berkembang menjadi AIDS. 

Oleh sebab itu, siapa saja yang memiliki faktor resiko tertular virus HIV sebaiknya mengetahui dengan baik perbedaan ruam HIV dan ruam biasa. Secara umum, tampilan ruam yang disebabkan HIV dengan penyebab lain tidak berbeda jauh. 

Sebab kulit sama-sama mengalami peradangan, meskipun begitu tetap akan dijumpai beberapa perbedaan. Diantaranya adalah: 

1. Penyebab ruam HIV dan biasa

Ruam HIV : Hal pertama yang menjadi perbedaan ruam HIV dan ruam biasanya adalah penyebabnya. Pada ruam HIV, penyebab utama tentu saja infeksi virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh pasien. Saat infeksi terjadi, biasanya menunjukan jika sistem kekebalan tubuh semakin lemah dan terjadi infeksi sekaligus iritasi di kulit. Hal ini yang kemudian menyebabkan kulit mengalami ruam. 

Ruam biasa : Sementara ruam biasa, penyebabnya cukup beragam dan di luar infeksi virus HIV. Pertama, karena ada kontak dengan alergen seperti kontak dengan debu maupun suhu dingin sehingga kulit mengalami ruam disertai gatal-gatal dan muncul benjolan. Kedua, ruam kulit biasa juga bisa karena infeksi misalnya infeksi jamur sehingga berkembang menjadi penyakit kulit. Seperti kurap, kudis, dan lain sebagainya. Infeksi juga bisa disebabkan virus sehingga menjadi campak, cacar air, dan lain sebagainya. 

Bagaimana mengetahui penyebabnya? Tentunya Anda bisa dengan menjalani pemeriksaan ke dokter, baik dengan tes HIV maupun dengan tes lain termasuk mengamati bentuk ruang yang timbul. Sehingga dokter akan lebih tahu usai pemeriksaan detail dilakukan. 

baca juga Gejala HIV Pada Lidah di Tahap Awal

2. Waktu Ruam Muncul 

Perbedaan ruam HIV dan ruam biasa yang kedua adalah pada waktu ruam mulai muncul.

Pada ruam biasa : Kontak dengan penyebab seketika akan menimbulkan ruam. Sehingga pasien bisa mengingat kembali sebelumnya makan apa, ada dimana, memakai baju apa, ada tidaknya gigitan serangga, dan lain sebagainya. Sehingga bisa diketahui apa penyebab pasti dan ditentukan solusi untuk mengatasinya. 

Ruam pada HIV : biasanya akan muncul setelah 2 bulan infeksi virus HIV dialami. Jadi, sudahkah melakukan tes HIV? Jika ada faktor resiko terkena HIV seperti berhubungan seksual tidak aman, memakai jarum suntik bergantian, dan lain-lain. Maka sebaiknya segera menjalani tes HIV untuk memastikan. 

Sebab bisa jadi ruam yang mulai bermunculan adalah gejala dari HIV itu sendiri yang memang umum dialami pasien HIV. Jika sudah terbukti memang positif HIV maka bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai cara mengatasi dan mengobati ruam tersebut. 

3. Letak Ruam pada tubuh

Pada dasarnya, ruam pada HIV dan ruam biasa memiliki lokasi yang acak.

Pada ruam HIV : Ruam yang terbentuk biasanya di bagian atas tubuh. Misalnya di wajah, leher, dan sebagainya. Meskipun ada kalanya pasien HIV juga mengalami ruam di area tangan maupun kaki, hanya saja terbilang jarang. Jika memang punya faktor resiko terinfeksi virus HIV sebaiknya menjalani tes untuk memastikan. 

Ruam biasa : Ruam akan muncul di area yang memang mengalami infeksi dan kontak dengan alergen. Misalnya memakai produk kosmetik dengan komposisi berbahaya, jika dioleskan di wajah maka ruam akan muncul di wajah. 

4. Gejala Lain yang Menyertainya 

Perbedaan ruam HIV dan ruam biasa yang terakhir adalah pada gejala yang menyertainya.

Pada ruam biasa, maka akan diikuti beberapa gejala umum sebagai berikut: 

  • Terasa gatal di area ruam terbentuk. 
  • Kulit memerah. 
  • Kulit menebal dan tekstur menjadi kasar. 
  • Luka di area yang mengalami ruam akan melepuh. 

Sedangkan ruam karena HIV, akan diikuti gejala umum penyakit HIV itu sendiri. Diantaranya adalah: 

  • Diare. 
  • Mual dan muntah-muntah. 
  • Mengalami nyeri otot. 
  • Mengalami pembesaran kelenjar. 
  • Area ruam terasa kasar. 
  • Terbentuk area berwarna merah disertai benjolan kecil. 

Mengetahui apa saja perbedaan ruam HIV dan ruam biasa sangat penting untuk mendukung pengobatan terbaik yang bisa dilakukan. Jika memang ruam tersebut adalah gejala HIV maka pasien bisa segera menjalani terapi ARV. 

Sebaliknya, jika hasil tes HIV adalah negatif maka dokter bisa mencari tahu penyebab utamanya apa dan memberikan obat yang sesuai. Poin penting lain yang wajib dipahami adalah, virus HIV tidak menular melalui ruam sehingga tetap aman meski terjadi kontak. 

Tentunya dengan catatan, ruam yang dialami pasien positif HIV tidak menyebabkan kulit teriritasi parah sampai keluar darah. Sebab darah pasien jika terciprat ke orang sehat yang memiliki luka maka akan menular. 

Baca juga artikel terkait gejala HIV lainnya:

Tata Cara Pengobatannya 

cara mencegah HIV

Khusus untuk pasien yang usai menjalani tes HIV pasca ruam bermunculan dan hasilnya positif. Maka  wajib berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan obat dan penanganan medis yang tepat. 

Secara umum, dokter akan memberikan obat ARV sehingga pasien sudah bisa mulai menjalani terapi. Silahkan mengikuti dosis dan aturan pakai yang sudah dijelaskan oleh dokter. Konsumsi ARV bisa mencegah komplikasi dan HIV berkembang menjadi AIDS. 

Tak hanya itu saja, dokter secara umum juga akan meresepkan sejumlah obat baik obat oral maupun obat topikal. Dimana obat ini berperan untuk meredam rasa gatal agar tidak digaruk dan memperparah kondisinya. 

Jadi, jika ada ruam dan memiliki faktor resiko terinfeksi virus HIV ada baiknya segera memeriksakan diri. Selain itu, kenali seluruh perbedaan ram HIV dan ruam biasa agar bisa memberi penanganan yang cepat dan tepat.

Jika Anda mengalami ruam seperti diatas dan memiliki gejala lain seperti muncul jamur di lidah, waspada penyakit HIV. Anda bisa melakukan pengecekan gratis melalui layanan konsultasi gratis di autoimuncare. Klik disini untuk mulai pengecekan gejala hiv secara gratis.

Untuk membantu penyembuhan lebih cepat kami rekomendasikan untuk mengonsumsi obat herbal kolesterol yang sudah bpom dan halal seperti HV-CARE.

Anda bisa membeli produk HV-CARE melalui chat wa atau shopee dan akan mendapatkan konsultasi gratis dan garansi 100%

Baca juga informasi pertanyaan seputar HIV disini

HIV and AIDS Rashes and Skin Conditions dari webmd diakses tanggal 22 Desember 2022

HIV-Related Skin and Complexion Conditions dari ucsandiegohealth diakses tanggal 22 Desember 2022