Pada tahun 2023, tercatat jumlah penderita HIV di Indonesia mencapai 570.000 orang, dengan 370.000 di antaranya adalah pria berusia 15 tahun ke atas. Data ini menunjukkan bahwa pria menyumbang lebih dari setengah kasus HIV di Indonesia, sehingga pemahaman tentang gejala HIV pada pria menjadi sangat penting.
Meskipun HIV dapat menyerang siapa saja, gejala HIV pada pria seringkali berbeda dengan yang dialami oleh wanita. Bahkan, sebagian pengidap HIV tidak mengalami gejala apapun pada awal infeksi.
Oleh karena itu, Anda harus mengetahui gejala HIV pada pria sejak dini agar dapat memperoleh penanganan secepat mungkin. Lantas, apa saja gejala HIV pada pria yang harus Anda perhatikan? Yuk, simak informasi berikut ini!
Baca juga : Gejala HIV pada Wanita: Pelajari Tanda – Tandanya Sekarang!
Apa Saja Gejala Khas HIV pada Pria?
Saat virus HIV menginfeksi tubuh, penderitanya tidak langsung mengalami gejala spesifik. Gejala biasanya muncul 2–4 minggu setelah tubuh terinfeksi virus HIV, lalu menghilang dan kambuh kembali.
Keluhan yang muncul di tahap awal mirip dengan gejala flu, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta pembengkakan kelenjar getah bening. Meskipun begitu, gejala HIV pada setiap orang berbeda-beda tergantung usia, daya tahan tubuh, jumlah dan ketahanan virus.
Pada pria, terdapat beberapa gejala khas HIV yang muncul pada tahap awal infeksi. Tahap awal ini berlangsung selama berbulan-bulan dan seiring waktu terus bertambah dalam tubuh dan bertahan hingga bertahun-tahun. Berikut beberapa gejala HIV pada pria yang harus Anda waspadai:
1. Luka pada penis
Salah satu tanda awal HIV pada pria berupa luka di penis. Pada dasarnya, HIV bisa meningkatkan risiko infeksi penyakit menular seksual, seperti sifilis yang ditandai dengan luka pada penis, bibir, hingga anus. Luka ini memang tidak menimbukan rasa nyeri, namun perlu perhatian lebih lanjut karena dapat menjadi tanda awal infeksi.
2. Penis nyeri saat buang air kecil
Infeksi virus HIV menyebabkan penderita mengalami nyeri saat buang air kecil. Hampir 80% penderita HIV mengalami gejala awal seperti virus influenza selama 2–4 minggu. Gejala ini biasanya menyebabkan demam ringan, ruam kulit, sakit kepala, sakit tenggorokan, hingga kelelahan yang sering terjadi pada tahap awal infeksi HIV.
3. Pembengkakan pada testis
Gejala HIV yang paling umum terjadi pada pria adalah pembengkakan pada testis. gejala ini muncul ketika infeksi virus disertai dengan penyakit seksual lain seperti klamidia ataupun gonore.
Lalu, apa yang terjadi jika tidak diobati sampai tuntas?. Lebih lanjut mengenai dampak gonore dapat Anda baca selengkapnya di sini -> Waspada, 4 Kerusakan Permanen Akibat Gonore
4. Rasa nyeri saat ejakulasi
Rasa nyeri saat ejakulasi juga menjadi gejala HIV pada pria yang harus diwaspadai. Kondisi ini dapat terjadi akibat dari infeksi HIV yang merusak sistem reproduksi pria, terutama jika disertai dengan penyakit menular seksual lain seperti gonere, klamidia, atau trikomoniasis.
5. Penurunan gairah seksual
Infeksi HIV bisa menyebabkan kerusakan otak, tepatnya pada kelenjar pituitari. Kelenjar ini berperan penting dalam menghasilkan hormon reproduksi, termasuk testosteron. Bila kelenjar pituitari pada pria mengalami gangguan, hal ini bisa menurunkan jumlah hormon testosteron sehingga gairah seksual pria pun menurun.
Baca juga artikel terkait HIV lainnya:
- Gejala Awal HIV yang sering Tidak Disadari Banyak Orang!
- Masa Inkubasi HIV dan Urutan Masa Inkubasi HIV AIDS
- Periode Jendela HIV – Pengertian & Kapan Cara Menghitung
Kapan harus memeriksakan diri?
Tidak semua penderita mengalami gejala HIV yang sama. Oleh karena itu, Anda harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan adanya virus HIV. Bahkan, sebagian besar penderita yang telah terinfeksi bertahun-tahun lamanya tidak menyadari keluhan yang dialami.
Ketika timbul rasa curiga terhadap penyakit ini, segeralah konsultasi ke dokter dan lakukan tes HIV. Selain pemeriksaan, langkah mencegah penyebaran HIV juga dapat Anda lakukan dengan:
- Hindari penggunaan narkoba dalam bentuk apapun, terutama pemakaian jarum suntik secara bergantian.
- Tidak mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, atau sperma jika positif menderita HIV.
- Menerapkan seks aman dengan menggunakan kondom.
- Melakukan sunat pada pria untuk mengurangi risiko infeksi.
- Melakukan profilaksis pasca pajanan (PEP) dalam 72 jam pertama setelah curiga terinfeksi. Prosedur ini bisa mengurangi potensi terinfeksi HIV.
Pengobatan HIV: Apa Saja Pilihannya?
Meski saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada obat untuk memperlambat perkembangan virus. Berikut ini dua jenis pengobatan yang dapat menghambat perkembangan virus HIV:
1. Obat Antiretroviral (ARV)
ARV berfungsi untuk mencegah HIV semakin berkembang biak dan memperkuat sistem imun. Dengan begitu, penderita HIV mempunyai harapan hidup yang sama dengan orang sehat lainnya. Namun, seperti obat pada umumnya, ARV juga mempunyai efek samping. Bahaya efek samping ARV masih bisa diantisipasi melalui penanganan yang tepat. Ada 2 jenis efek samping ARV, yaitu efek samping jangka pendek dan jangka panjang.
- Efek samping ARV jangka pendek
Efek samping obat ARV ini berlangsung beberapa minggu dan membaik setelah melakukan pengobatan. Dampak jangka pendek yang muncul biasanya seperti diare hingga kehilangan nafsu makan. Anda dapat mengatasi ini dengan mengonsumsi makanan dengan porsi kecil beberapa kali dalam sehari serta menghindari makanan pedas atau berminyak. - Efek samping ARV jangka panjang
Konsumsi ARV dalam jangka panjang, dapat mengakibatkan kelainan kadar gula darah dan pengeroposan tulang. Untuk mengatasi hal ini, Anda dapat memperbanyak porsi olahraga dengan melakukan angkat beban serta menerapkan program diet yang dapat mendukung kesehatan tulang.
2. Obat Herbal
HIV menetap di dalam tubuh penderita seumur hidup, sehingga juga membutuhkan pengobatan seumur hidup. Salah satu pengobatan HIV adalah obat ARV. Namun, konsumsi obat ARV dengan jumlah yang tidak tepat akan menimbulkan efek samping. Bagi Anda yang tidak cocok dengan obat ARV, kini hadir obat herbal HV-CARE untuk membantu memperlambat perkembangan HIV.
Obat ini mengandung bahan alami seperti ekstrak temulawak, meniran, dan sambiloto yang diproses dengan teknologi modern untuk meningkatkan efek terapi. Konsumsi obat ini efekfif dalam membantu memperkuat sistem imun penerita HIV, menghambat replikasi virus, mencegah komplikasi, serta memperpanjang harapan hidup.
Namun, bagaimana HV-CARE bekerja untuk membantu menghambat perkembangan virus HIV dalam tubuh dan meningkatkan imun ODHA? Yuk, baca selengkapnya di sini!
Demikian informasi mengenai gejala HIV pada pria. Jika Anda mengalami beberapa gejala di atas, segeralah periksa ke dokter untuk menjalani pengobatan. Dengan begitu, risiko terjadinya AIDS akan berkurang dan bisa menjalani hidup seperti biasanya.