HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia secara perlahan. Perjalanan virus ini terbagi dalam beberapa fase, mulai dari tahap awal yang sering tidak disadari hingga tahap lanjut yang lebih berisiko. Setiap fase membawa gejala yang berbeda dan memengaruhi kondisi tubuh secara signifikan.
Lalu, apa saja gejala yang muncul pada setiap fase perkembangan HIV? Bagaimana langkah untuk mengenali dan menanganinya? Yuk, pelajari informasi lengkapnya pada artikel ini.
Apa itu HIV?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel-sel CD4 yang memiliki peran yang sangat penting dalam melawan infeksi dan menjaga sistem kekebalan tubuh.
Virus HIV dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti melalui darah, air mani, vagina, dan ASI dari individu yang terinfeksi. Selain itu, virus HIV juga dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara bergantian, hingga dari ibu ke anak selama kehamilan, ataupun persalinan.
Gejala HIV pada Tiap Fase
Virus HIV dapat menimbulkan gejala, yang mana tiap gejala yang muncul dapat berbeda-beda pada tiap fasenya. Berikut ini tahapan virus HIV dan gejala pada tiap fase:
1. Fase Akut (Masa Infeksi)
Fase akut atau yang disebut sebagai fase infeksi, dimana virus HIV mulai menyerang tubuh dan sistem kekebalan. Pada fase infeksi ini, seseorang biasanya akan mengalami gejala seperti flu, sakit kepala, demam, sakit tenggorokan, dan ruam kulit dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terinfeksi.
Selain itu, penderita juga dapat merasakan nyeri pada otot dan sendi, serta mual dan muntah. Ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh akan mulai merespons infeksi dengan memproduksi antibodi untuk melawan virus, yang dikenal dengan istilah seroconversion.
Fase ini berlangsung sekitar 2 hingga 6 minggu dan gejala yang muncul cenderung ringan, lalu secara perlahan menghilang.
2. Fase Kronis (Masa Laten)
Pada Fase kronis atau fase asimtomatik, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala yang jelas dan dapat terdeteksi. Pada fase ini, meskipun penderita mungkin merasa sehat dan tampak tidak ada masalah, virus HIV terus secara perlahan merusak sistem kekebalan tubuh.
Fase ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun, biasanya antara 8 hingga 10 tahun. Sehingga pada fase ini, tanpa adanya tes skrining HIV, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, sementara virus tersebut terus melemahkan daya tahan tubuh secara perlahan.
Di akhir fase ini, jumlah virus dalam darah akan meningkat, sementara jumlah sel CD4 T akan menurun. Ketika hal ini terjadi, tubuh mulai menunjukkan gejala, yang menandakan masuknya ke fase berikutnya.
3. Fase Simptomatik
Fase simptomatik adalah tahap di mana sistem kekebalan tubuh semakin rusak dan melemah akibat infeksi HIV, dan gejala-gejala penyakit mulai muncul dan berkembang. Meskipun gejalanya bisa dimulai dengan ringan, seiring waktu kondisinya akan semakin memburuk.
Pada fase ketiga ini, gejala yang umum dialami antara lain kelelahan parah, penurunan berat badan yang signifikan, sariawan yang banyak dan sulit sembuh, serta diare yang berlangsung lama. Gejala-gejala ini disebabkan oleh infeksi oportunistik, yang muncul karena sistem kekebalan tubuh yang semakin lemah akibat HIV.
Baca juga: Masa Inkubasi HIV dan Urutan Masa Inkubasi HIV AIDS
4. Fase Menjadi AIDS
Penderita HIV yang rutin mendapatkan perawatan dan penanganan antivirus memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terhindar dari AIDS. AIDS adalah fase terakhir pada gejala HIV, yang biasanya muncul setelah 8-10 tahun pada penderita HIV yang tidak melakukan perawatan antivirus dengan baik.
Pada fase ini, jumlah sel CD4 T telah menurun drastis, bahkan bisa berada di bawah angka normal, yaitu 200. Pada titik inilah seseorang akhirnya dapat didiagnosis menderita AIDS.
Infeksi HIV pada tahap menjadi AIDS ini ditandai dengan munculnya pembesaran kelenjar limfa pada seluruh tubuh. Selain itu, penderitanya juga dapat mengalami gejala-gejala yang meliputi:
- Tuberkolosis
- Sarkoma Kaposi
- Pneumonia pneumocystis
- Keringat berlebih.
- Berat badan menurun drastis.
- Demam dalam waktu yang lama serta berulang
- Diare kronis dan dalam jangka waktu yang lama.
- Bengkak di area leher atau selangkangan.
- Infeksi jamur di area mulut, tenggorokan, serta vagina.
- Sesak Napas yang terlalu sering.
- Kelelahan yang terus menerus.
- Bintik putih atau luka yang tidak biasa di lidah atau mulut.
Faktor-faktor di atas, seperti jumlah CD4, viral load (jumlah virus dalam darah), dan adanya infeksi oportunistik, adalah pertimbangan yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk mengetahui diagnosa AIDS. Hal ini dilakukan karena masih belum ditemukan tes khusus yang dapat digunakan untuk mendiagnosis AIDS secara langsung.
Ingin tahu lebih lanjut tentang HIV & AIDS? Temukan informasi penting lainnya pada artikel-artikel berikut!
- Fakta Mitos HIV: Mana yang Masih Kamu Percaya?
- Gejala HIV pada Pria: Ungkap Tanda Khusus Sebelum Terlambat!
- Gejala HIV pada Wanita: Pelajari Tanda – Tandanya Sekarang!
- Warna Urine Penderita HIV: Waspadai Perubahannya!
- Perbedaan Diare Biasa dan Diare HIV
Pentingnya Deteksi Dini
Deteksi dini HIV adalah langkah krusial untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah dampak serius dari virus ini. Dengan mengetahui status HIV sejak awal, pengobatan antiretroviral (ARV) dapat segera dilakukan untuk menekan jumlah virus dalam tubuh, memperkuat sistem kekebalan, meningkatkan kualitas hidup, hingga mencegah berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS.
Selain melindungi diri, deteksi dini juga membantu mencegah penularan kepada orang lain, terutama bagi mereka yang memiliki pasangan atau keluarga dekat.
Deteksi dini dapat dilakukan dengan segera melakukan pemeriksaan. Informasi selengkapnya dapat Anda baca dalam -> Cara Pemeriksaan HIV – Jenis Tes dan Tempat Tes HIV
Kesimpulan
Memahami fase gejala HIV adalah langkah penting untuk mengenali perkembangan virus ini sejak dini dan mengambil tindakan yang tepat. Setiap fase membawa perubahan pada tubuh yang perlu diwaspadai agar dapat dikelola dengan baik. Dengan edukasi dan langkah pencegahan yang tepat, seperti deteksi dini dan pengobatan, dampak HIV dapat diminimalkan.
Salah satu bentuk pengobatan yang dapat menjadi pilihan adalah dengan menggunakan obat herbal, seperti HV-CARE. Produk ini diformulasikan khusus untuk membantu menjaga kekebalan tubuh, dan mendukung kualitas hidup penderita HIV agar tetap dapat menjalani hidup dengan normal.