4 Tahapan Infeksi Sifilis dan Gejala yang Menyertainya

Tahap Gejala Sifilis
Tahap Gejala Sifilis

Tahukan Anda apa itu sifilis? Ya, sifilis termasuk salah satu penyakit menular seksual yang harus Anda waspadai, terlebih jika Anda aktif secara seksual dan sering berganti pasangan. Sifilis berkembang melalui beberapa tahap infeksi yang dapat memengaruhi tubuh melalui beberapa gejala yang sering kali muncul.

Lantas, apa saja gejala pada tiap tahapan sifilis? Tahap apakah yang paling berbahaya? Yuk, temukan jawabannya pada artikel berikut!

Apa itu Sifilis?

Penyakit raja singa atau sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri. Sifilis ditandai dengan munculnya luka tanpa rasa nyeri pada alat kelamin, rektum, atau mulut.

Sifilis menular melalui hubungan seks oral, vaginal, dan anal. Selain itu, sifilis juga bisa ditularkan dari ibu ke anak yang baru lahir selama kehamilan, persalinan, hingga menyusui.

Tahapan Infeksi Sifilis beserta Gejalanya

Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang masuk melalui luka pada penis, bibir, anus, hingga mulut. Gejala sifilis tentu berbeda pada setiap tahapannya. Berikut beberapa gejala sifilis berdasarkan tahapannya yang harus Anda ketahui:

1. Tahap Primer

Tahap sifilis primer merupakan tahapan awal, yang ditandai akan munculnya beberapa luka, seperti pada organ reproduksi. Luka tersebut menjadi tempat masuknya bakteri penyebab sifilis ke dalam tubuh. Umumnya, tanda awal ini muncul pada rentang 10 hingga 90 hari setelah pertama kali terpapar bakteri penyebab sifilis.

Luka sifilis berbentuk keras, bulat, dan sakit, namun pada tahap ini, luka yang muncul terlihat seperti bekas gigitan serangga dan tidak terasa sakit. Gejala sifilis pada tahap ini berlangsung 3-6 minggu. Pada tahap ini, Anda tetap membutuhkan pengobatan untuk menghentikan meningkatnya kondisi sifilis ke tahap berikutnya.

2. Tahap Sekunder

Pada tahap sekunder, gejala sifilis yang muncul berupa ruam kulit atau lesi pada selaput lendir. Lesi adalah luka yang muncul di mulut, vagina, atau anus.

Ruam yang muncul berjumlah satu atau lebih di beberapa area tubuh dan muncul saat luka pada tahap sebelumnya sembuh atau beberapa minggu setelah luka sembuh.

Ruam mempunyai ciri-ciri seperti bintik-bintik kasar, berwarna merah, atau coklat kemerahan di telapak tangan dan bagian bawah kaki. Gejala ini tidak disertai gatal dan sangat samar. Gejala lain yang muncul pada tahap ini, yaitu:

  • Demam
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sakit tenggorokan
  • Rambut rontok
  • Sakit kepala
  • Penurunan berat badan
  • Nyeri otot
  • Kelelahan

3. Tahap Laten

Tahap laten sifilis merupakan periode waktu ketika tidak ada tanda dan gejala infeksi sifilis yang terlihat. Namun, kondisi ini justru dapat menjadi suatu pertanda bahwa sifilis yang Anda derita sudah masuk pada tahap laten.

Jika siflis yang pernah diderita seakan-akan sembuh dan tidak memunculkan gejala, maka ada kemungkinan bahwa infeksi bakteri masih ada di dalam tubuh dan masih bisa ditularkan. Dan jika kondisi ini tidak diobati, maka kondisi ini bisa semakin berbahaya.

4. Tahap Tersier

Sifilis tahap tersier merupakan tahap yang paling berbahaya, sehingga jika sudah masuk dalam tahap ini, maka kondisi yang dialami penderitanya sangatlah serius. Sifilis tahap tersier akan menunjukkan gejala setelah 10-30 tahun sejak infeksi pertama dimulai. Jika tidak segera diobati, maka sifilis akan terus merusak organ dalam dan menyebabkan kematian.

Beberapa orang bisa sembuh dari infeksi sifilis meskipun tanpa pengobatan. Namun, ketika infeksi sifilis terjadi, maka akan memengaruhi sistem organ tubuh Anda. Organ yang biasanya diserang oleh sifilis pada tahap ini adalah jantung, pembuluh darah, otak, dan sistem saraf.

Pada tahap ini, sifilis bisa sangat mungkin memberi dampak yang berbahaya bagi organ tubuh lain, bahkan mampu menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti kelumpuhan, kebutaan, demensia, kehilangan pendengaran, hingga kematian.

Bahaya Sifilis dan Faktor Risikonya

Jika tidak diobati, tahap infeksi sifilis yang paling berbahaya yakni tersier, dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang membahayakan tubuh. Berikut beberapa komplikasi sifilis yang perlu Anda waspadai:

1. Benjolan kecil atau tumor

Pada tahap akhir, benjolan (gumma) berkembang pada kulit, tulang, hati atau organ lainnya. Gumma biasanya hilang setelah diberikan antibiotik.

2. Masalah neurologis

Neurosifilis adalah salah satu komplikasi sifilis ketika sudah mencapai otak, selaput otak, atau sumsum tulang belakang. Neurosifilis menyerang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan masalah seperti meningitis, gangguan pendengaran, masalah penglihatan, demensia, disfungsi seksual pada pria, dan inkontinensia urine.

Komplikasi ini sering terjadi pada stadium sifilis tersier, namun bisa juga terjadi pada setiap tahap infeksi sifilis. Sebagian besar penderita pernah mengalami infeksi bakteri di sistem saraf pusat, namun bisa hilang tanpa menyebabkan peradangan maupun gejala neurologis tertentu.

3. Masalah kardiovaskular

Saat jantung terinfeksi sifilis, dinding aorta melemah dan membentuk tonjolan (aneurisma). Aneurisma menekan batang tenggorokan atau struktur lain di dada sehingga menyebabkan sulit bernapas, batuk, dan suara serak

Selain itu, katup yang mengarah dari jantung ke aorta (katup aorta) bisa bocor dan arteri yang membawa darah ke jantung (arteri koroner) menyempit sehingga menyebabkan nyeri dada, gagal jantung, hingga kematian.

4. Penyakit HIV

Penderita sifilis yang sering berganti-ganti pasangan berisiko besar terkena HIV dua kali lipat daripada orang biasa. Luka pada sifilis menjadi tempat masuknya virus HIV ke dalam tubuh saat melakukan aktivitas seksual.

5. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan

Pada ibu hamil, sifilis bisa meningkatkan risiko keguguran, stillbirth, hingga kematian bayi. Bayi yang dilahirkan juga berisiko terinfeksi sifilis kongenital. Gejalanya berupa:

  • Berat badan rendah
  • Kelainan anatomi hidung (hidung lebih datar)
  • Kelainan bentuk gigi
  • Kemerahan di anus atau mulut
  • Gangguan penglihatan

Siapa pun yang aktif secara seksual bisa terkena sifilis, tetapi beberapa orang berisiko tinggi jika melakukan hal berikut:

  • Menjadi gay, biseksual, atau melakukan hubungan seks sesama pria.
  • Melakukan hubungan seks tanpa kondom, terutama jika mempunyai banyak pasangan.
  • Menderita HIV/AIDS.
  • Berhubungan seks dengan penderita sifilis.
  • Menderita IMS lainnya, seperti klamidia, gonore atau herpes.

Ingin tahu lebih lanjut tentang sifilis? Temukan informasi penting lainnya pada artikel-artikel berikut!

Bisakah Sifilis Disembuhkan?

Sifilis bisa disembuhkan pada tiap tahapan dengan melakukan diagnosis lebih awal. Diagnosis awal untuk mencegah penyebaran dan mengantisipasi sifilis menjadi kronis. Diagnosis sifilis dilakukan dengan cara berikut:

1. Tes darah

Tes darah dilakukan untuk melihat apakah ada produksi antibodi yang melawan infeksi bakteri penyebab sifilis. Jika ada, maka Anda berisiko terkena sifilis.

Antibodi yang diproduksi untuk melawan infeksi bakteri sifilis bisa bertahan selama bertahun-tahun. Jadi, tes darah digunakan untuk menentukan infeksi yang terjadi saat ini atau di masa lalu.

2. Pemeriksaan cairan tubuh

Pemeriksaan cairan tubuh dilakukan dengan mengambil cairan dari serebrospinal. Dokter akan melihat apakah di dalam cairan tersebut ada bakteri treponema pallidum atau tidak. Jika ditemukan bakteri, maka dipastikan Anda menderita sifilis.

Biasanya, jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif sifilis, maka pasangan seksualnya juga harus melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara bersamaan. Jika tidak dilakukan, maka penularan bakteri sifilis akan tetap terjadi.

Kesimpulan

Penyakit sifilis termasuk salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang harus dihindari. Gejalanya tidak disadari karena luka yang muncul tidak terlihat dan tidak terasa sakit. Gejala sifilis berkembang sesuai tahapan yang dialami dan gejalanya juga berbeda-beda.

Jika tidak diobati dengan tepat, maka sifilis bisa menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lain, seperti otak atau jantung. Oleh karena itu, konsultasikan diri sedini mungkin apabila Anda aktif secara seksual dan menemukan luka, terutama jika pernah berhubungan seksual dengan penderita sifilis.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Syphilis: About Syphilis. Diakses dari https://www.cdc.gov/syphilis/about/index.html
RRI. Ketahui Tahap Perkembangan dan Gejala Sifilis pada Pria. Diakses dari https://www.rri.co.id/kesehatan/806768/ketahui-tahap-perkembangan-dan-gejala-sifilis-pada-pria
IHC Telemed. Sifilis, Komplikasi, dan Pencegahannya. Diakses dari https://telemed.ihc.id/artikel-detail-1052-Sifilis,-Komplikasi-dan-Pencegahannya.html
HIV.gov. Syphilis and HIV: What You Should Know. Diakses dari https://www.hiv.gov/hiv-basics/staying-in-hiv-care/other-related-health-issues/syphilis