Demam HIV vs. Demam Biasa: Kenali Perbedaannya!

demam biasa atau demam karena hiv
demam biasa atau demam karena hiv

Demam adalah gejala umum yang sering dialami banyak orang, baik karena infeksi virus, bakteri, maupun kondisi lainnya. Namun, pada penderita HIV, demam bisa menjadi tanda awal infeksi yang lebih serius.

Sayangnya, banyak yang sulit membedakan antara demam biasa dan demam yang berkaitan dengan HIV. Akibatnya, banyak penderita HIV tidak menyadari kondisi mereka hingga infeksi berkembang lebih lanjut.

Jadi, bagaimana cara membedakan demam akibat HIV dengan demam biasa? Apa saja tanda khasnya? Jangan sampai keliru! Simak penjelasan lengkapnya di sini agar lebih waspada.

Apa Itu Demam?

Demam merupakan peningkatan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius. Sebenarnya, demam termasuk salah satu cara sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi.

Itulah mengapa jika demam tidak terlalu tinggi, dokter tidak menyarankan untuk menurunkannya. Biasanya, Anda akan diberi saran untuk mengonsumsi obat antipiretik untuk melawan bakteri atau virus.

Sebaliknya, jika demam terlalu tinggi, maka membutuhkan penanganan sebelum terjadi komplikasi. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika demam lebih dari 38 derajat Celcius.

Bagaimana Demam Akibat HIV Terjadi?

Demam bisa menjadi salah satu gejala awal HIV, jika disertai dengan gejala ringan seperti kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan. Saat demam terjadi, virus bergerak ke aliran darah dan mereplikasi dalam jumlah besar. Ketika hal tersebut terjadi, sistem kekebalan tubuh penderita HIV mengalami peradangan.

Salah satu penyebab demam pada penderita HIV yaitu bentuk reaksi negatif dari konsumsi obat-obatan atau gejala dari kondisi medis lainnya. Selain itu, ada hal lain yang juga bisa memicu demam HIV, di antaranya:

1. Kondisi HIV akut

Seseorang yang baru saja tertular HIV akan berada pada fase awal infeksi. Fase ini disebut sebagai infeksi HIV akut atau primer. Biasanya, gejala HIV mulai muncul sekitar 2-4 minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh.

Gejalanya berupa demam disertai sakit tenggorokan, ruam, berkeringat di malam hari, kelelahan atau pembengkakan kelenjar getah bening.

Jadi, saat Anda terinfeksi HIV akut disertai demam, maka sistem kekebalan tubuh masih berfungsi dengan baik.

2. Infeksi oportunistik

HIV yang tidak ditangani dengan baik akan berkembang menjadi AIDS. Demam HIV bisa menandakan adanya infeksi oportunistik. Infeksi ini terjadi karena sistem tubuh melemah sehingga sulit untuk melawan infeksi. Beberapa jenis infeksi oportunistik dari yang ringan hingga serius, meliputi:

  • Pneumonia
  • Tuberkulosis
  • Bronkitis
  • Cytomegalovirus (CMV)
  • Herpes simpleks
  • Kandidiasis
  • Herpes esophagitis
  • Kanker

Komplikasi HIV yang serius bisa menumbuhkan sel-sel kanker dalam tubuh, terlebih bagi ODHA yang kekebalan tubuhnya sangat lemah. Hal ini menyebabkan sel kanker dengan mudah tumbuh dan berkembang. ODHA lebih berisiko mengalami kanker misalnya:

  • Limfoma
  • Kanker serviks
  • Sarkoma Kaposi
  • Kanker paru
  • Kanker prostat

Perbedaan Utama Antara Demam HIV dan Demam Biasa

Meskipun demam merupakan reaksi alami tubuh terhadap infeksi, penyebab dan karakteristiknya bisa sangat bervariasi. Pada infeksi HIV, demam terjadi sebagai bagian dari respons awal sistem kekebalan terhadap virus yang masuk ke dalam tubuh, yang dikenal sebagai fase serokonversi.

Sementara itu, demam biasa umumnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus atau bakteri, peradangan, atau kondisi kesehatan lainnya. Berikut ini beberapa perbedaan utama yang perlu diketahui:

1. Penyebab

Demam yang berkaitan dengan HIV muncul akibat reaksi tubuh terhadap virus HIV yang mulai bereplikasi dalam jumlah besar. Pada tahap awal, sistem imun akan bekerja keras melawan virus ini, yang memicu kenaikan suhu tubuh.

Sebaliknya, demam yang terjadi dalam kondisi umum bisa disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan, flu, infeksi bakteri, atau peradangan yang tidak berhubungan dengan HIV.

2. Waktu

Pada infeksi HIV akut, demam biasanya berlangsung antara satu hingga dua minggu dan bisa menetap meskipun tanpa gejala lain yang terlalu mencolok.

Sementara itu, demam akibat flu atau infeksi umum cenderung lebih singkat, umumnya mereda dalam beberapa hari dengan pengobatan dan istirahat yang cukup.

3. Pola demam

Demam yang muncul akibat infeksi HIV sering berkembang secara bertahap dan tidak selalu disertai suhu yang sangat tinggi. Sebaliknya, demam pada infeksi umum biasanya muncul secara mendadak dengan peningkatan suhu yang lebih terasa sejak awal.

4. Kekambuhan

Pada fase awal infeksi HIV, demam dapat muncul kembali secara berkala seiring dengan perubahan kondisi sistem kekebalan tubuh. Sementara itu, demam akibat infeksi virus atau bakteri biasanya tidak berulang setelah tubuh pulih dan penyebabnya berhasil diatasi.

5. Gejala yang Menyertai

Demam akibat Infeksi HIV pada tahap awal sering disertai dengan gejala tambahan seperti sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam kulit, dan kelelahan yang lebih intens.

Sedangkan pada demam akibat flu atau infeksi lainnya, gejala yang muncul sangat bergantung pada penyebabnya, misalnya batuk, pilek, atau nyeri tubuh.

6. Signifikansi diagnostik

Demam yang terjadi pada awal infeksi HIV bisa menjadi petunjuk penting untuk mendeteksi penyakit ini lebih awal, terutama jika disertai dengan gejala khas lainnya.

Sebaliknya, demam dalam kondisi umum tidak bisa langsung dikaitkan dengan HIV dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab pastinya.

7. Risiko penularan

Pada tahap awal infeksi HIV, jumlah virus dalam tubuh (viral load) sangat tinggi, sehingga risiko penularan kepada orang lain juga meningkat.

Sementara itu, demam akibat infeksi flu atau bakteri tidak berkaitan dengan risiko penularan HIV dan hanya bisa menyebar jika penyebabnya adalah patogen yang menular.

8. Perlakuan

Untuk demam yang berhubungan dengan HIV, pengobatan bertujuan meredakan gejala sambil memastikan pasien mendapatkan terapi antiretroviral (ART) untuk mengontrol perkembangan virus.

Sementara itu, demam akibat infeksi umum bisa ditangani dengan istirahat, obat pereda demam, serta pengobatan spesifik sesuai dengan penyebabnya, seperti antibiotik jika disebabkan oleh bakteri.

9. Implikasi jangka panjang

Jika tidak ditangani dengan baik, demam yang berkaitan dengan HIV bisa menjadi tanda awal dari perjalanan penyakit yang berlanjut ke tahap lebih serius, seperti AIDS.

Sebaliknya, demam yang muncul akibat flu atau infeksi ringan umumnya tidak memiliki dampak jangka panjang setelah pasien sembuh sepenuhnya.

10. Risiko komplikasi

Pada kondisi HIV yang tidak diobati, demam dapat menjadi tanda bahwa infeksi semakin berkembang dan berisiko menyebabkan komplikasi serius.

Sementara itu, pada demam biasa, komplikasi jarang terjadi jika penyebabnya berhasil diatasi dengan pengobatan yang tepat.

Persamaan Antara Demam HIV dan Demam Normal

Meskipun memiliki perbedaan yang signifikan, demam yang terjadi pada infeksi HIV maupun demam pada umumnya memiliki beberapa kesamaan. Keduanya sama-sama ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai bentuk respons sistem imun terhadap infeksi.

Penyebabnya pun berkaitan dengan peradangan akibat masuknya virus atau bakteri ke dalam tubuh. Dalam kondisi ini, tubuh akan berusaha melawan infeksi dengan menaikkan suhu sebagai mekanisme pertahanan alami.

Selain itu, cara penanganannya pun tidak jauh berbeda. Istirahat yang cukup, menjaga asupan cairan, serta mengonsumsi obat antipiretik seperti ibuprofen atau asetaminofen dapat membantu meredakan gejala.

Namun, jika demam berlangsung lama atau disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan, pemeriksaan medis tetap diperlukan untuk memastikan penyebabnya dan menentukan pengobatan yang tepat.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

Jika mengalami demam yang tidak kunjung membaik, segera periksakan diri ke dokter, terutama jika gejala berikut muncul:

1. Anak-anak

Suhu tubuh bayi (di bawah 3 bulan) mencapai 38 °C atau lebih atau anak menunjukkan gejala berikut:

  • Suhu tubuh lebih dari 41°C
  • Mengantuk dan lesu
  • Demam beberapa hari tanpa disertai gejala lainnya
  • Sangat rewel atau tidak berhenti menangis
  • Muntah berkali-kali, disertai kaku leher atau sakit kepala hebat
  • Tidak mau minum atau sulit buang air kecil
  • Nyeri pada bagian tubuh

2. Orang dewasa

Orang dewasa menunjukkan gejala yang berbeda dengan anak-anak seperti:

  • Kejang disertai demam
  • Gangguan setelah menjalani bedah atau prosedur medis
  • Hamil
  • Batuk berdarah
  • Sulit bernapas
  • Menjalani kemoterapi dan suhu tubuh di atas 38ºC
  • Mengkonsumsi steroid dan obat-obatan untuk mencegah penolakan tubuh setelah transplantasi organ

Kesimpulan

Itulah informasi mengenai perbedaan demam HIV dan demam biasa yang harus Anda ketahui. Demam adalah respons alami tubuh dalam melawan infeksi, tetapi demam akibat HIV memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan demam biasa.

Biasanya, demam HIV muncul dalam 2-4 minggu setelah infeksi dengan gejala tambahan seperti kelelahan, ruam, dan kelenjar getah bening yang membengkak.

Jika Anda mengalami demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas atau gejala lain yang mengarah ke HIV, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Skrining kesehatan dapat membantu mendeteksi kondisi ini lebih awal, sehingga Anda bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat. Anda bisa melakukan skrining HIV/AIDS di sini untuk memastikan kondisi tubuh Anda.

Selain itu, menjaga daya tahan tubuh tetap optimal sangat penting, terutama bagi Anda yang ingin terhindar dari infeksi lebih lanjut. HV-CARE hadir sebagai solusi herbal yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan alaminya mendukung sistem imun agar tetap kuat dalam menghadapi berbagai penyakit.

Semoga informasi yang kita sajikan dapat memberikan manfaat, dan sampai jumpa pada pembahasan bermanfaat lainnya!

Ingin tahu lebih lanjut tentang HIV & AIDS? Temukan informasi penting lainnya pada artikel-artikel berikut!

Disclaimer: Konten artikel di Autoimuncare bertujuan untuk memberikan informasi umum seputar kesehatan. Kami merujuk pada literatur dan jurnal terpercaya sebagai sumber referensi. Namun, informasi yang disajikan tidak dimaksudkan sebagai diagnosis atau pengganti saran medis profesional. Setiap kondisi kesehatan dapat berbeda pada tiap individu.
Daftar Referensi​

Knyamed. Difference between HIV fever and normal fever. Diakses dari https://knyamed.com/blogs/difference-between/hiv-fever-vs-normal-fever