Benarkah HIV Bisa Menular Lewat ASI? Ini Fakta Pentingnya!

benarkah hiv menular melalui ASI
benarkah hiv menular melalui ASI

HIV, atau Human Immunodeficiency Virus, merupakan salah satu penyakit yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Virus ini membuat penderitanya lebih rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit serius. Penularannya terjadi melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, air mani, dan cairan vagina.

Namun, bagaimana dengan ASI? Apakah HIV juga bisa menular melalui proses menyusui dari ibu ke anak? Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Apa itu HIV?

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel-sel CD4, yang berperan penting dalam melawan infeksi.

Virus ini mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan berbagai infeksi dan penyakit. Jika tidak ditangani dengan baik, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yang merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

HIV menyebar melalui cairan tubuh tertentu, dan menular melalui hubungan seksual tanpa pelindung dengan seseorang yang terinfeksi, atau berbagi jarum suntik dengan penderita.

Apakah HIV bisa Menular Lewat ASI?

HIV dapat menular melalui ASI, meskipun tidak semua ibu yang terinfeksi HIV akan menularkan virus kepada bayinya melalui pemberian ASI. Penularan HIV melalui ASI terjadi karena adanya partikel virus dalam cairan payudara, yang dapat masuk ke tubuh bayi saat menyusui.

Risiko penularan ini terutama terjadi pada ibu yang memiliki viral load (jumlah virus dalam darah) yang tinggi, terutama jika tidak mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV).

Namun, dengan pengobatan ARV yang efektif, risiko penularan HIV melalui ASI dapat sangat dikurangi. Terapi ARV membantu menurunkan viral load dalam tubuh ibu, sehingga kemungkinan virus masuk ke dalam ASI juga berkurang.

Bahkan, dengan pengobatan yang tepat, ibu dengan HIV dapat memiliki viral load yang sangat rendah atau tidak terdeteksi, yang secara signifikan menurunkan risiko penularan kepada bayi.

Baca juga: Apakah Menjilat Kemaluan dapat Menularkan HIV? Ini Faktanya!

Bagaimana Ibu dengan HIV Bisa Tetap Menyusui dengan Aman?

Untuk menghindari HIV yang menular lewat ASI, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu menyusui. Berdasarkan pedoman WHO dalam Guideline Updates on HIV and Infant Feeding tahun 2016, ibu yang terinfeksi HIV sebaiknya diberikan pengobatan ARV jangka panjang atau profilaksis untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui ASI. Beberapa rekomendasi utama yang disampaikan oleh WHO dalam pedoman ini antara lain:

1. Durasi Menyusui

Bagi ibu dengan HIV dan bayi yang tidak terinfeksi atau status HIV-nya tidak diketahui, menyusui eksklusif dianjurkan selama 6 bulan, dan bisa dilanjutkan hingga 12 bulan atau lebih. Setelah itu, menyusui dapat dihentikan asalkan ada alternatif nutrisi yang aman dan cukup untuk bayi.

2. Menyusui Campuran (Mixed Feeding)

Bila ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif, pedoman ini menyatakan bahwa penggunaan ARV dapat menurunkan risiko penularan HIV secara post-natal pada kasus menyusui campuran. Meskipun menyusui eksklusif lebih disarankan, mixed feeding bukanlah alasan bagi ibu untuk berhenti menyusui jika sudah mengonsumsi ARV.

3. Durasi Menyusui yang Lebih Pendek dari 12 Bulan

WHO menyatakan bahwa durasi menyusui yang lebih pendek dari 12 bulan tetap aman dan lebih baik dibandingkan dengan tidak menyusui sama sekali.

4. Jika ARV Tidak Langsung Tersedia Saat Bayi Lahir

Menyusui segera sambil menunggu ketersediaan ARV sangat disarankan, karena tetap memberikan perlindungan yang tinggi terhadap kemungkinan penularan HIV kepada bayi.

5. Jika Bayi HIV Positif

Pada bayi yang terinfeksi HIV, ibu dianjurkan untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan dan melanjutkan hingga setidaknya usia 2 tahun, sesuai dengan pedoman umum.

Rekomendasi WHO untuk pemberian ASI eksklusif mengacu pada pemberian ASI sejak lahir hingga usia 6 bulan, di mana bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya, termasuk air putih. Menyusui dianjurkan untuk diteruskan hingga setidaknya usia 24 bulan, dengan frekuensi menyusui yang sesuai dengan kebutuhan bayi, baik siang maupun malam.

Bagaimana Memastikan Nutrisi Bayi Tetap Terpenuhi Tanpa ASI?

Pemilihan metode pemberian makan bayi bagi ibu yang terinfeksi HIV harus mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu, termasuk status medis dan faktor lingkungan sekitar. Keputusan ini juga perlu disesuaikan dengan ketersediaan layanan kesehatan, konseling, dan dukungan yang ada.

Untuk bayi di bawah usia 6 bulan, alternatif yang tepat adalah pemberian susu formula komersial atau ASI perah yang telah dihangatkan. Susu hewan olahan tidak disarankan.

Sementara itu, untuk bayi yang berusia lebih dari 6 bulan, bisa diberikan susu formula komersial, produk olahan susu, atau kombinasi susu dan makanan lainnya, dengan frekuensi pemberian 4-5 kali sehari. Susu formula harus disiapkan dengan benar menggunakan air bersih dan steril untuk mencegah infeksi.

Selain itu, makanan pendamping ASI (MPASI) dapat diberikan setelah usia 6 bulan, dengan memperhatikan kebutuhan gizi bayi. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat penting untuk memastikan bayi mendapatkan cukup kalori, protein, vitamin, dan mineral.

Ingin tahu lebih lanjut tentang HIV & AIDS? Temukan informasi penting lainnya pada artikel-artikel berikut!

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa HIV memang bisa menular melalui ASI, terutama jika ibu memiliki viral load yang tinggi dan tidak menjalani pengobatan antiretroviral (ARV). Namun, dengan terapi ARV yang efektif dan sesuai anjuran medis, risiko penularan dapat ditekan hingga tingkat yang sangat rendah.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi WHO dapat tetap dilakukan dengan pengawasan medis. Jika pemberian ASI tidak memungkinkan, alternatif seperti susu formula menjadi solusi yang aman untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

Bagi Anda yang ingin menjaga dan mendukung sistem kekebalan tubuh Anda, produk HV-CARE dari AutoimunCare dapat menjadi pilihan herbal yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Semoga membantu!

Sanly Putera, K. (2024). Pemberian ASI pada Ibu dengan HIV/AIDS. KOMPAS.com. Diakses dari https://spiritia.or.id/informasi/detail/305 1
.
Alomedika. (2024). Menyusui pada Ibu dengan HIV. Diakses dari https://www.alomedika.com/menyusui-pada-ibu-dengan-hiv