Gejala HIV pada Wanita: Pelajari Tanda – Tandanya Sekarang!

Gejala HIV pada Wanita
Gejala HIV pada Wanita

Tahukah Anda bagaimana gejala HIV pada wanita? Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) masih menjadi momok bagi masyarakat. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh sulit untuk melawan infeksi dan penyakit.

Menurut data UNAIDS tahun 2023, lebih dari 180.000 kasus HIV ditemukan pada wanita usia 15 tahun ke atas di Indonesia. Penularan HIV seringkali terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom atau melakukan seks dengan lebih dari satu pasangan seksual. Virus HIV pada wanita dapat menular ke pasangan seksualnya, janin yang dikandungnya, serta pada bayi yang disusuinya.

Virus ini tidak menyerang tubuh secara tiba-tiba. Namun ada gejala atau hal yang menjadi penyebabnya. Apa sajakah gejala tersebut? Yuk simak informasi berikut ini!

Bagaimana Gejala HIV Pada Wanita?

Gejala HIV pada wanita sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gejala HIV pada pria. Namun, ada beberapa gejala khusus yang sering muncu pada wanita mulai dari gejala umum, gejala pada kulit, serta gejala pada sistem reproduksi.

Gejala Umum HIV Pada Wanita

Dalam beberapa kasus, gejalanya sangat ringan mirip seperti flu biasa sehingga Anda mungkin tidak menyadarinya. Berikut beberapa gejala umum HIV pada wanita antara lain:

1. Demam dan keringat malam

Penderita HIV akan mengalami demam ringan pada suhu 37,7-38,2 derajat Celcius. Karena demam rendah, mereka tidak menyadari gejala HIV tersebut. Pada beberapa orang, demam disertai dengan keringat malam.

2. Kelelahan ekstrem

Badan lelah terus menerus dan tidak jelas penyebabnya menjadi tanda adanya masalah pada tubuh, salah satunya gejala HIV. Infeksi HIV akan melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga melemahkan stamina tubuh.

3. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan yang drastis, disertai diare dan mual menandakan bahwa virus HIV telah mengganggu sistem pertahanan tubuh.

4. Pembengkakan kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening merupakan struktur kecil (mengandung sel-sel kekebalan) yang berfungsi sebagai penyaring zat berbahaya untuk melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Ketika HIV mulai menyebar ke dalam tubuh, menyebabkan kelenjar getah bening membengkak (kelenjar bengkak). Pembengkakan ini biasanya terjadi di leher, ketiak, atau pangkal paha.

Gejala HIV pada Kulit dan Mukosa

Penderita HIV mengalami berbagai gangguan kulit yang menunjukkan penurunan sistem imun. Beberapa gejala berikut ini bisa menjadi petunjuk adanya HIV pada tubuh seseorang:

1. Ruam kulit

Ruam bisa muncul ketika sistem kekebalan tubuh menjadi lemah. Ketika muncul bercak kemerahan atau keunguan tanpa ada reaksi alergi atau overdosis obat, maka Anda harus waspada. Sebab, hal ini bisa menjadi salah satu ciri-ciri HIV.

Ruam pada penderita HIV bisa tampak mirip dengan ruam biasa. Namun, perbedaan penting pada ruam HIV perlu Anda ketahui agar tidak salah diagnosis.

Baca lebih lanjut tentang perbedaan ruam HIV dan ruam biasa di sini.

2. Sariawan

Sariwan yang sering kambuh tanpa penyebab yang jelas bisa menjadi salah satu tanda infeksi HIV. Infeksi mulut ini biasanya muncul pada bagian mulut, termasuk bagian dalam pipi, gusi, bibir, maupun lidah.

Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu, sehingga dalam periode ini disarankan untuk menghindari makanan yang bersifat pedas dan asam. Sariawan biasanya berbentuk bulat dengan warna putih di tengah dan merah di sekitar tepinya. Namun pada sariawan HIV, memiliki luka yang lebih dalam dan berdarah.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai perbedaan sariawan biasa dan sariawan HIV, kamu bisa baca selengkapnya disini -> Kenali Perbedaan Sariawan Biasa dan Sariawan HIV

3. Perubahan pada kuku

Gejala lain dari infeksi HIV tahap akhir adalah perubahan kuku, seperti membelah, penebalan, kuku melengkung, atau perubahan warna (hitam atau coklat berupa garis vertikal maupun horizontal). Seringkali hal tersebut disebabkan oleh infeksi jamur, seperti kandida. Penderita HIV dengan sistem kekebalan yang menurun akan lebih rentan terhadap infeksi jamur.

Gejala HIV pada Sistem Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi wanita mempunyai fungsi yang beragam dan saling berkaitan satu sama lain. Berikut beberapa gejala HIV pada sistem reproduksi wanita yang harus Anda waspadai:

1. Perubahan siklus menstruasi

Wanita yang terinfeksi HIV lebih rentan mengalami gangguan pada siklus menstruasi. Kondisi ini biasa disebut oligomenorea, dimana siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Biasanya bergeser dari siklus normal menjadi lebih dari 35 hari. Selain karena faktor hormonal, hal ini juga terjadi karena jumlah sel CD4 di dalam tubuh yang semakin menurun karena infeksi virus HIV.

2. Infeksi vagina yang berulang

Kandidiasis vagina atau infeksi vagina merupakan salah satu gejala infeksi virus HIV. Infeksi vagina pada wanita penderita HIV akan lebih sering kambuh dan sulit diobati. Hal ini menandakan bahwa sistem kekebalan tubuh mulai melemah. Infeksi vagina menimbulkan beberapa gejala sebagai berikut:

3. Penyakit radang panggul

Wanita penderita HIV lebih rentan terpapar bakteri, seperti klamidia dan gonore sehingga rentan mengalami radang panggul kronis. Kondisi ini ditandai dengan nyeri di perut bawah dan panggul, keputihan berbau tidak sedap, sakit saat berhubungan seksual, demam menggigil, nyeri saat buang air kecil, dan pendarahan selama berhubungan seksual.

4. Peningkatan risiko kanker serviks

Wanita penderita HIV mempunyai risiko lebih tinggi terkena kanker serviks. Hal ini disebabkan karena HIV bisa mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV, yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Wanita penderita HIV berisiko enam kali lebih tinggi terkena kanker serviks dibandingkan wanita pada umumnya.

5. Gangguan kesuburan

Virus HIV bisa menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga pengobatan untuk nyeri panggul kronis atau radang panggul tidak berjalan maksimal. Jika hal ini terjadi, maka penyakit radang panggul tersebut bisa memicu masalah kesehatan lainnya. Salah satunya gangguan kesuburan, karena infeksi pada rahim, indung telur, dan tuba fallopi.

6. Menopause dini

Menopause dini merupakan kondisi berhentinya menstruasi, sebelum wanita berusia 40 tahun. Wanita penderita HIV lebih rentan mengalami menopause dini  jika terbiasa merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan jumlah sel CD4 yang rendah.

Ingin tahu lebih banyak tentang HIV? Baca lebih lanjut di sini:

Kapan Harus Memeriksakan Diri?

Wanita disarankan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan tes HIV ke dokter apabila terkena infeksi HIV, misalnya melakukan seks bebas tanpa kondom, menggunakan narkoba suntik dengan jarum bekas orang lain, atau memiliki pasangan seksual yang menderita HIV.

Anda tidak perlu takut atau malu untuk konsultasi dengan dokter jika terinfeksi HIV. Konsultasi dengan tenaga medis profesional sangat penting agar Anda mendapatkan penanganan yang tepat dan tepat.

Oleh karena itu, segeralah periksa ke dokter, jika merasakan gejala HIV untuk mendeteksi HIV dan mendapatkan pengobatan sedini mungkin.

👉 Jangan ragu untuk menghubungi kami melalui layanan Jangan ragu untuk menghubungi kami melalui layanan konsultasi di AutoimunCare. Anda bisa mendapatkan dukungan dari tenaga medis berpengalaman, kapan pun Anda butuhkan. Bersama, kita bisa memastikan langkah yang tepat untuk kesehatan Anda.