Bahaya Sifilis Pada Ibu Hamil: Risiko Serius bagi Janin dan Ibu

Sifilis pada Ibu Hamil
Sifilis Pada Ibu Hamil

Pada masa kehamilan, ibu hamil disarankan untuk menjaga asupan makanan, minuman, bahkan vitamin agar tetap sehat. Namun, imun tubuh yang menurun selama kehamilan merupakan hal yang wajar terjadi. Oleh karena itu, ibu hamil harus menjaga diri dengan baik agar terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan tubuh. Salah satu penyakit yang harus diwaspadai adalah sifilis.

Sebagai salah satu infeksi menular seksual (IMS), sifilis dapat mudah menular melalui hubungan intim. Selain itu, sifilis juga dapat menular dari ibu hamil pada janinnya. Tentunya, hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan ibu dan bayi. Lantas apa saja dampak sifilis pada ibu hamil? Dan bagaimana cara pencegahannya? Yuk simak penjelasan berikut!

Bagaimana Sifilis Menyerang Ibu Hamil dan Bayi?

Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Risiko infeksi sifilis meningkat jika Anda bergonta-ganti pasangan seksual, menjadi pekerja seks, menggunakan jarum suntik bekas, melakukan tato yang tidak aman, serta penularan dari ibu hamil kepada bayinya atau yang dikenal sebagai sifilis kongenital.

Penularan sifilis membutuhkan waktu 21 hari, dengan rentang 10-90 hari. Penularan bisa menyebar ke bagian tubuh lain dengan tingkat keparahan bertahap. Tanpa penagnanan yang tepat, penyakit ini dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, hingga kematian bayi setelah lahir.

Penyebab Utama Sifilis pada Ibu Hamil

Pada ibu hamil, sifilis menular melalui kontak seksual yang tidak aman, seperti hubungan seksual lewat mulut, kelamin, maupun anus. Risiko penularan dapat meningkat jika sering berganti pasangan, hingga menggunakan jarus suntik bekas. Namun demikian, virus sifilis tidak dapat bertahan lama di udara sehingga tidak dapat menular melalui kontak sehari-hari seperti menggunakan toilet umum, kolam renang, atau berbagai peralatan makan.

Tahapan Infeksi Sifilis

Infeksi sifilis pada ibu hamil mulai menunjukkan gejala setelah 3 minggu bakteri memasuki tubuh. Infeksi ini berkembang melalui beberapa tahapan, dengan gejala yang berbeda-beda:

1. Sifilis Primer

Pada tahap awal, gejala sifilis yang muncul adalah lesi atau luka pada organ reproduksi, yaitu di sekitar mulut atau di dalam alat kelamin.  Luka yang muncul seperti bekas gigitan serangga, tetapi tidak sakit sehingga sering tidak disadari. Luka ini hanya bertahan sekitar 1–2 bulan kemudian hilang tanpa bekas.

2. Sifilis Sekunder

Pada tahap ini, penderita sifilis mulai menunjukkan gejala ruam merah kecil yang muncul di telapak kaki dan telapak tangan. Selain ruam, ada gejala lain yang menyertai. Mulai dari demam, nafsu makan menurun, radang tenggorokan, dan kutil kelamin.

3. Sifilis Laten

Luka akibat infeksi terlihat sembuh dan tidak meninggalkan bekas, padahal itu menjadi tanda bahwa sifilis sudah memasuki tahap lebih lanjut, yaitu sifilis laten.

4. Sifilis Tersier

Jika tidak diobati dengan tepat, sifilis berkembang dan memasuki tahap paling berbahaya, yaitu sifilis tersier. Setelah memasuki tahap ini, sifilis sangat berbahaya bagi tubuh. Mulai dari kelumpuhan, kebutaan, demensia, masalah pendengaran bahkan kematian.

Baca juga artikel terkait penyakit sifilis lainnya:

Dampak Sifilis pada Ibu Hamil

Sifilis yang menyerang ibu hamil harus segera diobati. Sebab, penyakit ini menyebabkan komplikasi serius pada bayi selama kehamilan. Dampak yang mungkin terjadi antara lain:

  • Keguguran. Bayi meninggal dalam kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu.
  • Kelahiran prematur. Kelahiran bayi yang terlalu cepat, sebelum 37 minggu kehamilan.
  • Pembatasan pertumbuhan janin. Kondisi ini disebut pembatasan pertumbuhan yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah.
  • Masalah dengan plasenta dan tali pusat. Plasenta tumbuh di rahim dan berfungsi untuk memasok oksigen dan makanan ke bayi melalui tali pusat. Nah, sifilis kongenital menyebabkan plasenta tumbuh besar dan tali pusat membengkak. Sehingga fungsi kerja plasenta menjadi kurang optimal.
  • Kelahiran mati. Bayi meninggal di dalam rahim setelah 20 minggu kehamilan.

Pemeriksaan Sifilis pada Masa Kehamilan

Pemeriksaan sifilis saat masa kehamilan sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Tes yang dapat dilakukan meliputi tes non treponema seperti VDRL serta tes treponema seperti TPHA. Kedua jenis tes ini berfungsi untuk membantu mendeteksi infeksi. Namun, tes TPHA memiliki akurasi yang lebih baik yakni pada angka 85-100% sehingga dengan tes ini, diagnosis sifilis memperoleh hasil yang lebih akurat..

Baca Juga: Perbedaan VDRL dan TPHA : Pengertian, dan Estimasi Biaya

Pengobatan Sifilis pada Masa Kehamilan

Pengobatan sifilis yang aman selama kehamilan yaitu obat benzathine benzylpenicillin. Berikut takaran pemberian dosis benzathine benzylpenicillin sesuai tahapan infeksi. Namun, karena beberapa orang bisa mengalami alergi penisilin, pemberian obat sebagai alternatif adalah obat seperti eritromisin.

Selama proses pengobatan, penting bagi ibu hamil yang menderita sifilis untuk menghindari hubungan seksual dengan pasangannya sampai infeksi sembuh.

Itulah informasi mengenai dampak sifilis pada ibu hamil. Setelah mengetahui dampaknya, Anda harus berhati-hati untuk menjaga kesehatan selama masa kehamilan. Jika anda mengalami gejala sifilis, segera lakukan konsultasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.